11 May 2007

You Are the Office. Invest in it!


Dalam sebuah perjalanan antar negara bagian dari New York ke Connecticut sepuluh tahun yang lalu penulis terjebak kemacetan luar biasa, dan kendaraan penulis terhenti tepat di bawah papan iklan raksasa sebuah produk asuransi. Bunyinya begini: You are an asset. Insure yourself! (Anda adalah aset. Asuransikan diri anda!). Iklan ini sangat pas, langsung menohok ke jantung pertahanan konsumen: anda adalah aset, makanya hati-hati, jangan sampai kena stroke, masuk rumah sakit dan tak bisa bayar. Sangat intimidatif dan efektif.

Kini, sepuluh tahun kemudian, semuanya sudah berubah. Perusahaan asuransi tak perlu lagi pasang baliho besar-besar, masyarakat sudah tahu akan pentingnya asuransi. Semua juga sudah mahfum bahwa mereka adalah aset yang layak untuk “diasuransikan”. Namun sebagian lainnya mulai berpikir, kalau aset diasuransikan, maka hal itu membebani, sehingga faktor asuransi bisa mengubah aset menjadi liabilitas. Untuk itu harus ditemukan sebuah cara agar aset ini juga bisa di-“eksploitasi” agar tidak menjadi beban. Jadilah komunitas ini menciptakan motto: You Are The Office. Invest in Yourself! (Anda Adalah Kantor. Investasilah Pada Diri Anda!).

Mungkin mustahil untuk mengatakan hal itu sepuluh tahun lalu. Tapi silakan pembaca berimajinasi: artikel yang anda baca ini diketik di sebuah PDA dengan keyboard lipat seukuran bungkus rokok, dikirim ke printer sebesar kamus bahasa Inggris via Bluetooth, tercetak jelas dan dilipat, dimasukkan ke dalam amplop lalu dikirim ke redaksi. Ini baru separuh dari pertunjukan teknologi Mobile Office. Di lain kesempatan penulis mengirimnya via email atau fax melalui PDA dan ponsel dari airport atau kafe di mal.

Perkembangan teknologi komputer memang pesat: makin kecil, canggih bisa dikenakan dan di bawa jalan-jalan tanpa ada yang tahu bahwa kita membawa sebuah ‘kantor’ yang berfungsi lengkap. Di awal tahun 90-an Micheal Hawley - peneliti di Media Lab, sebuah unit riset di Massachussetts Institute of Technology (MIT) - mengerjakan sebuah projek bernama Project Things That Think. Tujuannya membuat komputer-komputer kecil yang bisa ditempel atau dikenakan di tubuh. Dia ingin mem-fungsikan komputer kecil di arloji, di sabuk, di sepatu, di penjepit dasi, dll. Banyak yang menertawakannya. Namun bagi Hawley, evolusi sebuah komputer mainframe sebesar traktor menjadi sebuah PC di atas meja sudah cukup meyakinkannya bahwa bahkan PC-pun masih bisa diperkecil lagi.

Seorang kolega Hawley di Media Lab bahkan sudah merintis komputer mikro yang bisa dipakai ditubuh agar ketika dua orang bersalaman, mereka tak hanya secara verbal bertukar nama berkenalan, tetapi juga secara elektronik saling memberikan jutaan kode informasi mengenai diri mereka, hobi, profesi serta minat masing-masing. Seorang kolega Hawley lainnya melakukan riset tentang kacamata yang juga berfungsi sebagai layar monitor.

Itu sepuluh tahun yang lalu. Kini hanya Hawley dan para koleganyalah yang bisa tertawa. Semua mimpi mereka telah dipatenkan serta dimanifestasikan oleh industri-industri hi-tech dan dibawa ke hadapan kita hari ini dengan harga terjangkau!

Dengan sebuah PDA berfungsi lengkap, sebuah SmartPhone (ponsel cerdas), dan didukung oleh infrastruktur telekomunikasi nirkabel yang sudah lumayan baik di Jakarta ini, praktis kita bisa menjadi “kantor maya”. Alamat kantor kita? Cukup ditulis, http://www..... bla…bla….bla….. Alamat surat kita? Bagaimana kalau slamet@yahoo.com? Untuk urusan transaksi keuangan cukup dilakukan secara on-line melalui internet banking. Rapat dengan klien? Bukan soal! Kafe-kafe di Jakarta sudah menyediakan bagi kita “ruang-ruang rapat mini” yang sejuk, interiornya afdol dan hidangan kopinya sedap selangit. Sebagian kafe melengkapi servisnya dengan hot-spot, istilah teknis bagi jaringan nirkabel Wi-Fi bagi para pengguna PDA atau laptop.

Akhir tahun lalu penulis menghadiri pertemuan komunitas pemakai PDA di sebuah kafe di Jakarta. Banyak profesional muda ada di sana dengan PDA dan smartphone-nya.. Inilah embrio yang mewakili sebuah evolusi besar-besaran atas apa yang disebut sebagai “kantor”. Dari sebuah benda dengan empat sisi dinding, kantor diubah menjadi unit-unit independen yang bergerak kesana-kemari sembari mengerjakan berbagai jenis dan fungsi pekerjaan yang sebelumnya hanya bisa dilakukan di dalam kantor. Pendek kata, PDA Community sedang ber-evolusi menjadi sebuah Mobile Office Community! Hambatan ruang dan waktu diperkecil, jaringannya diperbesar.

Penulis pernah menetap tujuh tahun di Singapura, negeri mungil yang karena saking mungilnya ruang perkantoran menjadi barang langka dan mahal. Setiap wirausahawan yang merintis bisnis atas dasar keahlian spesifiknya lebih menyukai virtual office daripada harus menyewa kantor betulan yang mahal. Ini cara yang paling aman karena mereka belum memiliki basis klien yang terpeta. Logikanya, mereka baru buka bisnis, jadi mereka belum bisa mengukur seberapa jauh servis atau dagangan mereka bakal laku.

Umumnya setelah bisnis mereka berkembang, sebagian besar masih tak mau menyewa kantor. Yang mereka lakukan adalah ‘mengorbankan’ satu ruang tidur di apartemen mereka sebagai ‘ruang kerja’. Di ruang kerja itu semua peralatan IT (teknologi informasi) untuk berkomunikasi dengan klien atau sumber informasi lainnya dipasang. Ini serupa dengan prinsip SOHO (Small Office Home Office). Namun ada satu masalah: mereka tetap terikat dengan sarana kerja di dalam rumah. Mobilitas masih terhambat. Beberapa dari mereka mulai tergerak untuk meniru kolega-kolega mereka di Bangalore, India, di mana konsep fisik kantor ditransformasikan menjadi lebih dinamis, yakni mobile office itu tadi.

India yang dipenuhi gelandangan dan potret-potret kemiskinan di kota-kota besarnya justru dibanjiri para gadget savvy, para profesional muda yang mengandalkan peralatan-peralatan digital mini yang mereka bawa untuk menjalankan bisnis. Sebuah PDA berbasis Palm telah dikembangkan oleh sebuah perusahaan lokal di Ahmedabad dengan harga murah, dan dipakai oleh para petani teh, tembakau, kedelai dan kapas untuk berkoneksi via internet pedesaan subsidi pemerintah lokal. Setiap hari mereka memantau harga-harga komoditi dunia untuk memastikan bahwa harga jual hasil pertanian mereka didasarkan pada nilai yang kompetitif vis-à-vis harga pasar global. Dengan kondisi seperti itu, jangan harap kita bisa mengibuli para petani dengan harga-harga komoditi yang “disangga-sangga”. Apa yang dilakukan secara ‘seadanya’ di India ini juga telah dilakukan di Taiwan, Cina, Malaysia dan beberapa negara berkembang lainnya. Potensi di Indonesia sangat menjanjikan. Didukung oleh pangsa pasar yang sangat besar dan membengkaknya jumlah kelas menengah di tanah air, harga-harga instrumen IT bisa ditekan. Dengan banyaknya supplier, pilihan menjadi lebih banyak. Hanya yang murah yang laris, kualitas masih bisa ditolerir.

Manajemen perkantoran berbasis komputer memang takkan pernah berhenti ber-evolusi. Beberapa profesional muda yang kreatif melihat jelas peluang ini. Mereka tidak harus menjadi pemain langsung dalam industri yang tumbuh pesat ini, tetapi cukup menjadi pemboncengnya. Saat ini sektor bisnis yang ikut berkembang bersama konsep mobile office sudah cukup banyak. Seorang internet-marketer asal Indonesia di Amerika bisa berpenghasilan ribuan dolar hanya dengan menjadi ‘penghubung’ antara penjual dan pembeli. Dia tidak perlu menjadi pemilik barang dagangannya sendiri, karena memang dia tidak terlatih menjadi produsen atau supplier. Dia hanya berinvestasi di prasarana IT yang lengkap – tak harus yang mahal – ditambah keahlian dia yakni pemasaran. Keahlian itulah yang disalurkan melalui cara-cara yang sophisticated, melalui internet marketing. Dia tak perlu mendirikan kantor agen pemasaran. Dialah sang kantor itu.

Para pembaca pun bisa melakukan hal yang sama. Bila anda seorang profesional seperti pengacara, dokter, arsitek, atau konsultan keuangan, anda berpotensi ikut menyelami evolusi mobile office dan sukses besar di sana. Tugas anda hanya menginvestasikan sebagian dari penghasilan anda untuk membeli prasarana IT dan belajar mengoptimalkan fungsi-fungsi mereka. Anda bukan sekedar otak yang berjalan, tetapi juga sebuah kantor yang berjalan-jalan. Klien-klien anda bisa menemui anda kapan saja, di mana saja, dalam cara bagaimana saja. Dan yang penting, anda telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi evolusi mobile office milenium ke-tiga, sebuah kantor yang tidak perlu menimbun sampah kertas dokumen, yang tidak memboroskan listrik dan logistik, tidak perlu membayar office-boy atau cleaning service. Anda tak perlu keluarkan uang untuk sewa kantor atau bayar pajak bumi dan bangunan. Tetapi jangan lupa, bahwa anda tetap harus bayar pajak atas penghasilan anda. (Majalah SWA Sep. 2004)

No comments: